Jumat, 04 Desember 2009

dia teman SMAku

Dia adalah teman SMA ku . . .

Dia sederhana, bersahaja, baik dan penuh tawa. Dia tidak begitu percaya diri, tapi jika dia sudah merasa nyaman dengan lingkungan dan orang yang di sekelilingnya, dia akan membuat orang-orang itu merasa nyaman ada di dekatnya.
Dia memang manja, tapi dia bisa memanjakan orang yang memanjakannya itu, siapapun itu. Teman yang sudah di kenal lama, pacarnya, keluarganya, bahkan teman yang baru dia kenal.
Dia memiliki prinsip, lebih baik dia yang terluka dari pada orang lain yang teluka. Aku memanggil dia dengan sebutan C, panggilan yang sangat singkat dan mudah di ingat. Aku kenal dia saat pertama masuk ke SMA, dia memang begitu dekat dengan temannya yang di SMP, yang kebetulan berbarengan masuk satu SMA. Ya waktu itu, aku dan teman-temanku yang lain merasa ragu untuk berkenalan dengannya.
*****
Pendaftaran selesai, kami harus menghadapi MOS sebelum masa pembelajaran di mulai. Aku memang tak satu ruangan dengannya, tetapi dengan temannya itu. Yang aku tehu namanya An. Mungkin karena hanya satu teman yang begitu C kenal, tiap sebelum masuk, waktu istirahat dan waktu pulang, C selalu datang ke ruanganku untuk memanggil An. Oy, nama ku Dha!
Aku memang lebih dulu kenal dengan An, di banding C. tapi An ini lah yang membuat aku dan C menjadi kenal. Awalnya C memang pendiam, cuek dan tak ingin ikut campur dengan sesuatu yang dia tak tahu. Itulah yang membuatku sedikit mundur tuk jadikan dia temanku.
Setelah MOS selesai, aku dan siswa baru yang lain mulai menjalani kegiatan belajar, ternyata . . . aku satu kelas dengan C. Aku senang, karena dalam fikirku tak usah jauh-jauh bolak-balik ke kelas lain untuk mengenalnya. Dia duduk tepat di barisan tempat dudukku. Waaaaaah . . . rasa senang itu sempurna untukku.
Satu minggu kami memulai belajar, suasana kelas memang begitu dingin dan sepi. Yang ramai hanya teman-teman yang mungkin berjumpa dengan teman-temannya satu SMP. Aku lihat An dan C begitu asyik bercerita, dengan senyuman penuh harap aku mendekati mereka.
“ hai Dha, kemana yang lain?” sapa C, dengan ramah.
“ yang lain ke kantin” jawabku sedikit tak percaya dia menyapaku.
“ duduk dekat kami, kita ngobrol” ajaknnya.
Sambil berjalan aku ucap “ oh, ya . . . terimakasih”
Mereka sepertinya memang begitu dekat, sampai tawa yang menghampiri mereka begitu akrab dan hangat.
Aku banyak sekali bertanya, karena aku fikir semua ini tak akan terjadi kedua kalinya. Dan karena kesempatan inilah, aku tahu bagaimana C sebenarnya. Aku malu sebelumnya sempat ucap ragu tuk jadikan dia salah satu temanku, karena aku akan menyesal jika ucapanku itu aku turuti. C akan menjadi teman yang sangat berarti, dari itu pula aku tahu kenapa An begitu takut jika aku dan temanku yang laik dekatinya.
Satu bulan sudah berlalu, aku sudah begitu akrab dengannya. Akupun sudah tahu nomer handphonenya, aku dapat mengiriminya pesan atau meneleponnya kapanpun. Semuanya itu memang C sambut dengan ramah, tak heran teman – temannya makin bertambah setiap hari, C pun banyak di kenal oleh teman-teman kelas lain, walaupun aku tahu C tak begitu mudah ingat semua teman yang mengenalnya, karena nama yang terlalu banyak butuh waktu untuk benar-benar mengingatnya.
Dari awal dia masuk SMA, memang sudah banyak teman-temang lelaki yang melirik bahkan mengajaknya kenalan. Entah fikiran apa yang selalu menenangkannya hingga semua itu tak pernah mengganggunya, sedikitpun!!!
Waktu MOS, yang begitu terlihat mendekatinya adalah Ar, Fa, dan Tr. Tapi C tetap tenang dan menjadikannya teman yang sepantasnya. Tak jarang teman-teman laleki kami mentraktir C, yang pasti aku juga di traktir karena aku sudah menjadi teman dekatnya.
*****
Tiga bulan sudah kami kenal, mungkin baru seumur jagung tapi aku sudah merasa begitu dekat dengannya. Kehangatannya yang membuatku begitu menghargainya. Ada yang membuatku terkejut saat itu, aku tak percaya dan penuh tanya saat C di antar laki-laki kesekolah. Aku memang tak punya hak untuk menanyakan siapa laki-laki itu, tapi aku tahu karena An tahu siapa dia. Laki-laki itu saudara An, yang sepertinya akan jadi pacarnya C.
*****
Dugaan ku benar, aku dengar ceritanya jika C sudah pacaran dengan saudaranya An, yang aku tahu namanya Ad. Aku juga tahu jika teman-teman lelaki di sekolah banyak yang merasakan cemburu dan terluka.
Aku sering melihat C di jemput dan di antar sekolah oleh Ad, aku rasa Ad tak akan pernah ingin kehilangan C sampai kapanpun karena yang aku tahu, jika C sudah menyayangi seseorang, C akan sepernuh hati menjaga dan menyayanginya.

*****

Siang itu C tak telihat di antar oleh Ad, aku khawatir jika mereka sedang ada masalah. Sampainya di kelas aku tanyakan kenapa Ad tak ada mengantarnya sekolah tak seperti biasanya, dengan kata-kata yang halus dia menjelaskan padaku jika Ad sedang sibuk bekerja dan untuk hari ini tak sempat mengantarnya sekolah. Aku hanya dapat mengiyakan saja, karena semua itu aku tak tahu sebenarnya. Pulangnya pun aku tak melihat Ad menjemput C, untuk pertama kalinya aku lihat C jalan kaki. Dengan langkahnya yang begitu indah, aku jadi merasa tak tega melihatnya keringatan dan merasa kelelahan. Tapi, C masih tetap saja tersenyum dan tertawa.
Sepenjang jalan teman leki-laki memanfaatkan untuk mengobrol, karena memang baru kali ini C jalan kaki menuju jalan besar. Tapi . . . mungkin rasa puas tak akan di rasakan oleh teman laki-laki ku, karena di depan sana ada laki-laki bak pangeran membawa kuda untuk membawa sang putri pergi ke istana. Satu demi satu teman-teman laki-laki itu menghilang entah bagaimana karena aku tak menyadari cara mereka menghindar dari kami.
Dengan senyuman penuh cinta dan kasih sayang, Ad menyambut C dari kejauhan. Aku sangat-sangat behagia melihat mereka. Saat langkah masih di ayunkan, kata-kata manja yang C ucapkan, membuatku benar-benar cemburu dan ingin menjadi seorang laki-laki seperti Ad. Ad menyambutnya dengan genggaman tangan yang sangat halus, candaan dan kecupan kening yang sangat hangat. Kadang aku berfikir, beruntungnya jika aku menjadi Ad.
Aku istirahat sejanak, sambil duduk dan menikmati minuman botol aku memperhatikan Ad dan C. Sepertinya banyak yang sudah tahu jika Ad dan C adalah pasangan yang paling menyita perhatian sekitar. Hampir seluruh orang di kecamatanku tahu jika mereka pacaran, sampai setiap kali di kala Ad telat menjempt C, ada laki-laki yang menganggunya, ada yang selalu mengingatkan siapapun itu kalau C itu pacarnya Ad. Hingga membuat laki-laki itu tak berani lagi.
Mungkin karena waktu yang menjadikan aku dan C begitu dekat, apa lagi An sudah berhenti sekolah, aku semakin ingin mengenali bagaimana C sebenarnya. Sekalipun sudah merasa kenal dan sering bertemu, C selalu menjaga sikapnya pada siapapun itu. Walau pun di begitu gila untuk memiliki sifat seperti itu.
Ad tak begitu sering ku lihat, yang aku tahu jika dia memang sibuk dengan kerjaannya yang begitu banyak. Semua ini di menfaatkan teman laki-laki satu kelas maupun beda untuk mendekatinya, aku rasa sikap C memang sangat biasa meresponnya, tapi entah mengapa para laki-laki itu tidak sadar jika apa yang mereka harap tak akan pernah terjadi.
Laki-laki pertama yang berani mengutarakan rasanya pada C adalah Ar, teman satu kelas. Tapi sayangnya C tak menyukainya dari awal melihatnya, karena rasa tak sukanya benar-benar tak terlihat, Ar tahu rasa C padanya saat dia ungkap perasaannya. C memang tak menerimanya tapi C menyayangi Ar. Semua ini mereda saat C sibuk dengan kegiatan, hingga Ar tak banyak waktu untuk dekat-dekatnya, lagipun Ar merasa malu dan menjaga jarak dengan C. laki-laki kedua, teman kelas sebelah, namanya If. C memang suka dengan If, tapi itu saat C belum kenal betul-betul dengan If. Tapi setelah C tahu jika If suka sekali merokok dan mabuk-mabukan, If benar-benar tak C pandang karena rasa malu C tak bisa mengingatkan If jika itu salah. If menjauhi C walau kadang mengirimkan salam pada temanya.
Kami naik ke kelas XI, C masuk 10 besar. begitu juga saat kelas X. . . .
Aku memang berpisah kelas dengan C, C benar-benar satu kelas dengan teman-teman baru yang setahuku tak begitu hangat tapi aku yakin jika C akan mampu mencari teman baru yang membuatnya nyaman.
Di kelas barunya C dekat dengan Bt, laki-laki tinggi tapi aku tahu jika dia baik dan aku yakin dia akan nyaman bersama C. Mungkin karena sibuk belajar dan organisasi, C jarang sekali jumpaiku. C lebih sering berkumpul dengan Bt, Il dan Tp. Aku maklumi jika itu karena meraka ada tugas yang harus di selesaikan bersama. Tapi tak lama, aku dengar jika Bt pacaran dengan C, walau aku tahu jika C sudah jarang berjumpa Ad tapi rasanya tidak mungkin jika C pacaran dengan Bt, karena sebelumnya sudah ada laki-laki satu sekolahan yang mungkin berjumpa setiap hari, tak dia terima. Dan akirnya aku tahu jika C memang tak menerima Bt menjadi pacarnya. Mereka memang dekat, bahkan sangat dekat tapi mereka tidak pacaran. Berkali-kali Bt utarakan perasaannya tapi C hanya menjawab, jika dia tidak ingin kehilangan Bt hanya karena ada masalah nantinya. C memang sayang Bt tapi tidak di jadikan pacar.
Kami naik kelas XII, aku kemabli satu kelas dengan C, duduk satu kursi dan satu meja, selain aku, Il dan Tp juga satu kelas dengan kami. C tak banyak berubah, dia semakin gila dan dibutuhkan. Sekalipun waktu yang lama sudah terlewati Bt masih sangat mengharapkan C tuk jadi pacarnya.
Di kala kami sibuk mempersiapkan untuk ujian, C miliki pengalaman lucu. Ada adik kelas namanya Mz suka padanya, untuk kesekian kalinya aku ucap, C hanya ingin membuat orang yang di sekelilingnya senang, akibat itu Mz teluka karena C tak menyukianya. Dia merasa tertipu. . .
Di saat-saat terakhir, C sangat banyak meluangkan waktu di sekolah. Jam belajarnya tidak seperti biasanya tapi sampai sore, akupun terbawa.
*****
Kami harus ujian, beberapa hari lagi saat-saat itu hadir. Semuanya begitu berbeda, C nampak tak seperti biasanya, wajahnya penuh dengen isyarat lelah, sapanya hanya sekedar, tapi aku maklumi itu.
Kami ujian . . . berharap semuanya lulus. Dan akhirnya . . . kami LULUS semuanya!!!! Dua minggu setelah pengumuman itu ada acara perpisahan, dan aku tahu aku akan berpisah dengan separuh jiwaku. Saat itu, aku sangat sibuk mencari kostum untuk acara perpisahan tapi C sangat-sangat santai menghadapinya. Entah jurus apa yang di miliki untuk selalu tenang walaupun waktu yang di butuhkan sangat mepet.
Acara perpisahan memang benar-benar membawa kami semua berpisah, hingga separuh jiwakupun pisah denganku. Selesai acara inti, bodohnya aku asyik dengan pacarku. Harusnya aku bersama C saat itu. Aku tahu jika Bt, Il dan Tp sedang bersamanya tuk berkumpul.
Hari itu memang selesai dengan airmata . . .

*****
Dua minggu kemudian, aku menerima sms jika C akan kuliah di luar pulau, yang aku tahu sangat jauh sekali. Tapi aku tak dapat jumpainya walau hanya untuk mengantarkannya ke bandara.
C mengirim aku pesan saat dia ada di tempat barunya dan kini aku jauh dengannya. Selamat jalan separuh jiwaku . . . semoga kesuksesan akan bersamamu.
Kini kita hanya dapat bercanda tanpa saling tatap mata . . . .


NB:
Ar kini menjadi guru bantu di sekolah SD wilayah Serang,
If kini menjadi pedagang di salah satu pasar kecamatan di wilayah Serang,
An kini dirumah menunggu ada yang melamar,
Ad kini masih dengan pengbdiannya sebagai guru dan kepala sekolah.
Bt kini bekerja di salah satu perusahaan di Cikarang,
Il kini bekerja satu perusahaan dengan kelurganya,
Tp kini meneruskan perusahaan keluarganya,
C kini kuliah di luar pulau.
Dha kini bekerja di perusahaan milik keluarga.
Semoga panjang umur untuk kita semua agar kita dapat jumpa kembali.

Rabu, 02 Desember 2009

skenario ini

Aku seorang mahasiswi pindahan dari luar pulau, aku tinggal bersama kakak dan abang ku.
Di kampus aku adalah mahasiswi yang sangat biasa - biasa saja, bahkan tak pernah di pandang sama sekali oleh orang - orang yang di idolakan. Aku maklumi dan aku terima itu, karena aku rasa itu tak penting. Lagi pula aku tak mengikuti masa orientasi mahasiswa, mungkin itu salah satu faktor yang membedakan kedekatan aku
dengan para senior dan orang - orang yang lebih di kenal saat ini.

Masa Orientasi memang sudah berlalu, tapi aku masih miliki kesempatan untuk mengenal teman - teman satu angkatanku dalam kegiatan Matrikulasi, walau dengan malu - malu dan rasa tidak percaya diri, aku mencoba untuk mampu menahan bahkan membunuh rasa itu.

Satu minggu kegiatan itu berlangsung, di tutup dengan kegiatan kepedulian Bakti Sosial. Aku harus milik djongko menjadi anggota salah satu divisi yang ada. Selama matrikulasi aku kenalan dengan Nona cantik yang memiliki
nama Roza, Roza yang mengajak aku gabung dengan divisinya. Dia memang teman yang baik hati . . .

Karena aku memang butuh tuk menjadi anggota divisi itu, aku harus hadir dan mengenalkan diri aku dengan
ketua dab anggota lainnya.


***

Kami berkumpul di depan ruang BEM, itu tempat favorit untuk merileks kan otot - otot lelah kami, setelah kegiatan.
Aku duduk berkumpul dengan anggota yang lainnya, menunggu ketua dan wakil ketuanya datang. Kabarnya, ketuanya itu
tegas dan baik hati.

Mungkin lima menit aku menunggu, tiba - tiba ada yang datang dari arah ruang tenang ke arah kami. Dua orang laki
- laki, yang satu kulitnya hitam tapi manis dan satunya miliki kulit kuning kemarah - merahan. Mereka berjalan tegap menuju
ke arah kami.

Ternyata dia itu ketua dan wakil ketua divisiku, dia memberi senyuman dan sedikit bertanya. Aku tatap wajahnya,
aku rasa dia tak asing untuk ku. Malu sekali rasanya, jika aku ketahuan memperhatikan dia.

Dalam waktu satu minggu itu, aku sudah merasa akrab denga teman - teman baruku. Dan tentunya divisi ku.
Aku dekat sekali dengan temanku ( wakil ketua divisiku), bahkan kami di issuekan pacaran.

Semua kegiatan selesai, tapi aku mulai mempermasalahkan tentang issue itu. Aku mulai berfikir untuk saling berjauhan
dengannya tapi dia tak menerima. Aku tetap kekeuh dengan inginku untuk saling berjauhan, sampai gara - gara masalah ini
kami sering bertengkar. Pada puncak acara kegiatan, aku masih tetap memegang keinginanku untuk menjauhi dia.

Aku memang butuh dia, tapi aku tak akan pernah mampu untuk dekatinya. Walau teman - temanku mempertanyakan
apa masalah yang dapat membuat kami seperti ini. Padahal, begitu banyak waktu yang aku dengannya habiskan, layaknya
pasangan berpacaran.

Setelah semuanya selesai, aku sibuk kuliah. begitupun teman - teman anggota yang lain. Di balik kesibukanku,
setiapa pagi aku selalu di sambut dengan acuhan temanku ( waktu itu hanya sebagai kenalan), dia selalu membuatku makan hati
pagi buta. Waktu memang tak pernah ada yang tahu, lama kelamaan aku dekat dengannya ( Bob ), setiap waktu yang aku miliki
saat di kampus, dia hampis selalu ada di sampingku. Selalu siap pinjamkan bahunya untukku, dan selalu siap menjadi pelampiasan
tiap amarahku.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai nyaman dengan apa yang aku miliki, aku tak pernah untuk mencari seseorang yang harus
aku miliki. Karena aku nyaman dengan semuanya . . .

Dua minggu sebelum UTS, ada teman lain yang mulai dekat denganku ( D ). Dia beri tahu aku jika ada senior, semester lima
yang mengirimkan salam padaku. Aku benar - benar tak menyangka, di balik cueknya aku dan tak pedulinya aku pada sekitar,
sempai - sampai ada yang memperhatikanku pun aku tak tahu. Dia sampaikan salam dari ( CH ), tapi aku masih berfikir jika ini hanya
candaan yang sudah biasa aku dapatkan.

Jauh sebelum mengenal CH, aku memang perasakan rasa suka pada CN. Yang aku tahu jika itu harus cukup dengan kata suka
sebagai teman dan tak boleh lebih. Aku masih asik dengan rasa penasaranku, dan akhirnya . . . penasaranku hilang di waktu aku sedang
menikmati makan siangku di kantin. Ada segerombolan senior, wajahnya memang sedikt seram tapi ada yang kucu dan imut. D panggil
DH, aku terkejut dan benar - benar tak percaya jika dia ada.

Aku ingin tahu banyak tentang DH, aku mulai tanya No Hpnya dan ternyata itu kesalahan terbesar. DH marah karena tiba - tiba aku
sms dia tanpa beritahu siapa aku. Seperti pengumuman di tengah lapangan, DH tanya no yang kirim sms padanya siapa. Karena aku tak
pernah mampu menahan rasa ingin tertawa, akhirnya dia tahu jika yang mengiriminya sms itu aku. Malu dan tak tahu harus apa . . .

***

Hari itu aku memang pilang lebih awal, seperti biasa aku dan D duduk di Lobi. D di datangi pacarnya dan seperti biasa aku harus menjadi
obat nyamuk . . . Tak lama duduk di tempat tadi. Tadinya kami akan pergi tapi CN dan temannya UD datang. D pinjam sesuatu pada CN, itulah
yang membuat aku tak nyaman. Aku sangat tidak suka jika berlama - lama di depan CN.

Marasa bosan tidak ada kegiatan, aku, D dan pacarnya aku ajak main keluat untuk mencari udara segar. Di tempat kami duduk, ternyata
CN dan UD datang. Mereka ikut kumpul dengan kami. Kami bercanda, tertawa. Yang tak biasa saat ini adalah, cara pandang CN padaku.
Aku sangat tidak suka dengan caranya memandangku.




bersambung . . . .






jangan lupa ikuti kelanjutannya yaaaaaaaaaa . . . . !

Senin, 30 November 2009

pacaran & perselingkuhan?

Pacaran???

Kata pacaran kerap sekali kaitannya dengan anak muda.
Tapi sekarang yang sudah berumur pun miliki status itu.
Usia pacaran zaman kini, di mulai dari usia SD.
Entah apa makna dari usia itu untuk pacaran,
sering banyak yang menyebutkan jika pada usia SD sudah pacaran,
maka itu di namakan cinta monyet. Entah kenapa di namakan cinta monyet,
apa karena usianya yang masih muda atau karena mirip monyet? hehe . . .

Usia SMP, adalah usia dimana para anak merasa sudah tahu apa yang dia lakukan,
usia ini juga sering di katakan dengan sebutan ABG (Anak Baru Gede),
segala hal yang di lakukan dan yang di ambil meras benar,
padahal itu hanya sesuatu yang sementara.

Usia SMA, merupakan usia yang sangat rentan terhadap kata pacaran.
Pada face ini, para orang tua harus ekstra hati - hati menjaga tiap anak - anak,
karena jika tidak anak kesayangannya kan hilang setelah tenggelam pada lenaan pacaran.

Pada usia anak kuliah, semua yang di lakukan dan di ambil oleh fikiran yang selalu
dia anggap benar untuk di masa depannya dan sering di benarkan oleh orang - orang di sekelilingnya,
inilah yang benar - benar harus di arahkan bagaimana cara yang benar.

Kini untuk yang sudah berumur, kali ini yang berperan bukan hanya para wanita
atau pria yang tidak tepat target untuk menikah, tatapi para wanita dan pria yang sudah
menikah yang berperan.

Jika memang usia anak SD, memiliki nama cinta monyet atas apa yang dia lakukan
dan kerap menjadi lelucon untuk para orang tua. usia anak SMP yang merasa jika apa yang
di fikirkanya selalu benar, anak SMA yang selalu merasa miliki hak atas apa yang akan dia lakukan.
Anak kuliah dengan fikiran - fikiran yang selalu di anggap benar dan kadang ada yang membenarkan,
itu memang sudah tidak asing lagi di dengar. Bagaimana dengan yang sudah berumur di tambah yang sudah nikah?
Untuk apa kata pacaran itu mereka miliki lagi? padahal mereka sudah milik suami atau istri.

Banyak juga yang mengatakan, jika pacaran itu merupakan fase untuk saling mengenal satu sama lain,
yang pada akhir hubungan itu berniat untuk menikah.
Yang berharap rasa kasih sayang dan cinta itu akan terikat dan tak akan hilang. Jika memang begitu,
kita harus menanyakan apa mereka yang sudah berumur dan sudah menikah, sebelumnya tidak pacaran?
Hingga salah seorang pasangannya pergi untuk berpacaran dengan lain orang?

Bukan hanya satu ynag mengaku jika dia merasakan jatuh cinta sebenarnya setelah menikah,
padahal dia sudah miliki buah hati. Apa ada yang salah dengan kata - kata yang dia ungkapkan? menurutku "iya".

Pacaran, tidak akan jauh dengan kata parselingkuhan.
separti yang di lakukan oleh mereka yang suda berumur dan menikah. Mereka tidak ingin menyakiti dan
terlihat mendua di depan istri atau suaminya. Meraka memanfaatkan jam - jam kerja atau jam istirahat untuk
pacaran dengan pasangan yang dia anggap dapat menghapus stresnya karena kegiatan dan aktivitas kerjanya.
Sedang kesempatan itu sering terjadi.

Malangnya para suami atau istri yang di selingkuhkan,
lalu menurut Anda apa makna pacaran, tujuannya dan mengapa sampai terjadi perselingkuhan?

Sabtu, 28 November 2009

aku berjumpa dengan semangat ku

Pagi itu, aku papah dan kakak laki - lakiku lari pagi bareng.
di mulai dari depan rumah sampe ke depan kompleks perumahan kami.

Di sepanjang jalan menuju ke depan kompleks, sambil lari - lari kecil, kami becanda dan becerita - cerita yang buat kami g sadar kalau keringat sudah basah di badan kami. aku tanya nomer telpon temanku yang papah kenal, aku mintanya sama papah karena papah kenal lebih dulu dengan temanku itu.

"Pah, ada nomer handphone Kak Toni g?" sambil lari - lari kecil aku tanya itu sama papah. pake senyum yang aku g faham, papah kasih handphonenya sama aku dan ngomong "ini handphonenya, kamu cari sendiri, papah save namanya Indra di phoneboox". tanpa fikir panjang aku cari nama yang papah sebutin tadi, aku pindahin ke handphone ku dulu, terus papah bilang "telpon aja, pasti yang pegang handphonenya masih tidur, sekalian bangunkan dia. Takut terlambat berangkat kuliah!!!". Papah masih senyum - senyum ngomong itu ke aku. Tapi dalem hatiku nanya "Hah? Kak Toni kuliah? bukannya dia udah kerja?" tapi aku coba sok g peduli "mungkin ini sodaranya". terus papah suruh aku telpn, g kayak biasanya papah bolehin aku telpon temanku pake handphonenya, tanpa fikir panjang aku telpon nomer itu, telponku udah masuk tapi lama banget g ada yang angkat, aku bilang ke papah "pah, telponnya g ada yang terima!!!", "mungkin masih tidur sayang". Aku matiin, telponnya. terus aku coba telpon lagi, di terima, dia bilang "hallo", aku langsung matiin lagi, tapi . . . kayaknya nomer yang papah kasih itu bukan nomer hanphone Kak Toni, karena dari suara yang aku denger beda banget. Terus aku tanyain sama papah "Pah, suaranya kayak nada orang jawa", papah senyum dan ternyata papah liatain sikapku yang dari tadi penasaran sama nomer yang papah kasih itu. "Mungkin itu temannya" jawab papah buat curiga, " ow . . . mungkin", jawabku singkat.

seudah sampe di depan kompleks, kami duduk - duduk sambil lenturin otot - otot yang tegang. Papah duduk jauh banget, ada kakak laki - lakiku duduk di samping kananku. Karena aku fikir udah cukup istirahatnya, aku ajak kakakku buat pulang. Tanpa papah kami pulang, mungkin papah pergi sama temannya dan g sempet pamit Sama kami. Di jalan, nomer yang tadi aku telpon kirim pesan " ada apa bos, pagi - pagi dah telpon?", " loh kok bos? mungkin ini panggilan Kak Toni sama papah". Aku g balas, karena aku bingung harus membalas apa. g lama, nomer itu telpon . . . Aku bingung, "kak, nomer yang papah kasih tadi telpon, terima jangan?", "Terima aja!". Jawab kakakku singkat. Tapi telponnya mati, aku ngerasa tenang. Tapi nomer itu telpon lagi "hallo, bos ada apa? tadi g sempet terima telponnya, aku lagi mandi?"," oh, maaf kalo gitu" jawabku gemetaran banget. "Loh, si Bosnya kemana?" tanyanya pake nada heran. "papahnya pergi sama temennya" jawabku bingung. "yang tadi telpon kakak, itu aku", "ow . . . aku kira si bos ada perlu, emang ini siapa?". "aku anaknya papah" jawabku sedikit nyombong. " ow anaknya . . .", jawabnya singkat. "tadi papah kasih nomermu sama aku, terus aku telpon". "M m m begitu . . . y udah, aku harus berangkat kuliah, nanti aku telpon lagi", nadanya cepet. "ya udah kalo gitu, maaf udah gangagu", kata - kata terakhirku sebelum di tutup.

Kami sampe rumah, kakak ku pergi kekamarnya dan akupun pergi ke kamarku. Aku mandi dan ganti baju, seudah selesei ganti baju, aku pegang handphone ku terus tidur - tiduran. Entah kenapa aku lihat nomer yang tadi, aku penasaran banget sama nomer yang papah kasih itu. Aku kirim pesan, pake kata - kata yang aku coba selembut mungkin, tapi ternyata dia lagi ada di kampus. Walaupun balasan lama terus, tapi kami banyak cerita.

***

Seudah itu, aku sering tanyain siapa sebenarnya yang punya nomer itu. Tapi papah g kasih jawaban yang g buat aku tanya sekali.

***

Tiga hari kemudian papah kirim pesan sama aku, "sayang, hari ini ada keluar g?", aku g balas, karena aku pikir papah masih ada di kantor. se-jam kemudian papah kirim pesan lagi "sayang, lihat ke bawah ada siapa?", tanpa fikir panjang, aku keluar kamar. bediri di balkon depan kamarku. Aku emang liat papah, tapi aku g lihat siapa - siapa di sana. Aku bales pesen papah "ada siapa?, cuma papah aja khan?", "lihat sekali lagi, ada siapa disini", balasan papah. Aku keluar lagi, terus aku bediri di balkon. Aku lihat papah sama laki - laki yang lagi duduk di atas sepeda motor, pake celana pendek, kaus putih dan topi warna putih. Aku kaget, aku langsung sembunyi. Aku yakin papah tahu kalo aku sembunyi seudah aku liat ada orang lain deket papah, aku kirim pesen buat tanyain siapa yang deket papah itu "pah, itu siapa?", pasanku singkat banget. "ini, Indra. Guru privat adikmu, yang sering kamu tanyakan itu?", balas papah. "Apa?, serius?". "Kamu g percaya?" tanya papah, "turun lah . . . liat sini!!", minta papah. Entah kenapa jantungku deg - degan banget, aku takut kalo aku turun kakak itu g mau cerita banyak lagi samaku. "g lah pah, kirim salam aja sama dia". Isi pesanku sama papah dikit nyesal. "Dia pengen tahu kamu", balas papah. "nanti aja" balasku.

G lama ada pesen lagi, aku fikir itu pesan yang papah kirim buatku, ternyata Kak Indra, "kamu yang di atas tadi?", "bukan, itu temenku", jawabku harus bohong. G ada balesan lagi, mungkin karena dia tahu kalo aku bohong balas pesannya tadi.

***

Malamnya, aku minta biar dia ke rumahku. Karena ku fikir, aku harus siap buat ketemu, tapi ternyata dia g ada waktu buat itu, ada acara yang udah di rencanain sebelumnya. Mungkin itu acara bareng teman - temannya. Aku maklum kalo aku g dapet ketemu sama dia, karena undanganku dadakan banget.

***
seminggu kemudian, aku tanya dia sempet atau g buat betemu sama aku, tapi hasilnya masih sama, dia belum bisa ketemu sama aku. tapi selama itu, kami masih sering ingatin lewat pesan singkat. Dia mulai ngisi hari - hariku . . .

Buat ketiga kalinya aku ngajak dia ketemu, tapi masih tetep aja belum ada waktu, waktu itu aku mau pergi buat kuliah di luar pulau. pake balesan yang aku fikir dia juga pengen ketemu sama aku, aku harus pergi tanpa lebih dulu lihat siapa dia yang isi hari - hariku. Walau tanpa itu, aku harus tetep pergi.

sesampainya di tempat baruku, aku masih tetep g bisa lupain rasa kesel karena g bisa ketemu sebelumnya sama Kak Indra. Tapi, komunikasi kami lancar banget, bahkan bukan cuma lewat pasan singkat tapi telpon juga. Dan waktu itu, kami mulai ngebahas masalah perasaan, dia tanya kenapa aku bada sama temen - temen ceweknya yang lain.
"De, kenapa kamu mau kenal Kakak?" tanyanya sama aku,
"karena yang Ade tahu, Kakak baik!"
"Ade sayang Kakak?"
"ya, Ade sayang kakak, bahkan Ade g mau kalo sampe keilangan Kakak"
"kenapa Ade sayang Kakak?, padahal kita belum pernah ketemu"
"jangan tanyain itu sama Ade Kak, Adepun g tau kenapa rasa suka dan sayang itu ada buat kakak"
"hm . . . "
"gimana sama pacar Kakak?" tanyaku ngalihin . . .
"pacar yang mana?" tanyanya pake nada heran,
"papah cerita, Kakak udah ada pacar!!"
"G ada . . . Kakak lagi pengen sendiri dan g mau mikirinn hal itu, Kakak pengen konsentrasi hadapi TA kakak"
"m m m m gitu . . . ."
"ya . . . , oya, tadi Ade ucap sama kakak kalo ade g mau kalo sampe keilangan kakak, emang kenapa?"
"ya kakak khan yang nemenin Ade belakangan ini, kakak juga yang selalu semangatin ade"
"Ade cinta kakak?"
"rasa itu kayaknya mulai tumbuh buat kakak"
"ya udah kalo gitu . . . "
"kok, kesannya Ade yang nembak?"
"ya emang Ade lagi nembak kakak khan?"
"sumpah . . . . ini pertama kali, tapi g apa - apa buat pengalaman dan yang penting kakak punya Ade"

Dari hari itu, aku dan Kak Indra jadian. Kami seneng walaupun kami belum pernah ketemu. Akhirnya ada jalan buat kami ketemu juga, aku harus pulang buat selesain surat - surat yang aku butuh di perguruan tinggi nanti. Aku minta Kak Indra buat jemput, karena aku g mau kalo sampe buang kesempatan yang ada buat ketemu sama dia.

Aku berangkat dari bandara sini setelah magrib, sampe bandara soekarni - Hatta jam delapan-an malem, Kak Indra udah kirim pesan berkali - kali. Aku keluar area bandara dan ke tempat parkir, di sana ada dia . . .
karena ini pertama kalinya, aku masih harus nyari-nyari yang mana orangnya. Sedikit emosi karena waktu sedikit mengulur buat kami ketemu. Aku liat dia di seberag jalan, aku coba buat bersikap biasa biar dia g tau kalo itu aku, rencanaku buat bikin kejutan, handphoneku sembunyiin, aku samperin dia, dia liatin aku, deg - degan . . . akhirnya aku g bisa tahan senyum yang harus aku kasih sama dia. Kami mulai akrab walau waktu lima menit ketemu kami belum lewat.
Aku langsung di ajaknya keparkiran, kami langsung menuju pulang. Sepanjang jalan aku g mau lepas pelukanku. Rasa sayang dan cintaku kini makin bertambah seudah kami ketemu, walaupun sebelumnya rasa sayang dan cintaku udah ada buat dia. Dia begitu hangat, wangi, dan indah.

Waktu itu, aku g langsung pulang kerumahku, karena rumahku lumayan jauh dari bandara. Aku harus nginep di tempat saudaraku, syukur tempatnya g gitu jauh dari tempat tingal Kak Indra. Sesampainya di rumah saudaraku, aku ngobrol, becanda, ketewa. Terasa cepet banget waktu yang kelewat, sampe - sampe harus buat dia pamit pulang dulu. Dia pamit pulang . . .

***

Besoknya, jam sebelas. Sepulangnya dia dari kampus, dia langsung ke tempat saudaraku, untuk antar aku pulang kerumahku. Kami g langsung pulang seudah dia sampe rumah sodaraku, tapi kami becanda sampe lupa kalo harus pulang. Akhirnya, sehabis djuhur kami berangkat utuk pulang. Sepanjang jalan, aku selalu manfaatkan untuk bercanda dan memeluknya. karena ku tahu jika kami cuma sebentar aja ketemunya. Sampe kerumah, kami istirahat. Tapi dia g bisa sampai lama dirumah, dia harus pulang karena ada acara dirumahnya, tanpa fikir panjang aku harus merelakannya.

***

pagi - pagi banget aku harus berangkat lagi, aku tinggalin dia. sebenernya aku pengen banget dia peluk aku sebelum berangkat, tapi. . . cuma kata - kata lewat pesan singkat yang bisa anter aku sampe ketempat belajarku. Beraaaaaat . . . banget kaki ini buat ngelangkah, tapi dia juga g mungkin berentiin perjalannan aku.
Walaupun kami jauh, tapi komunikasi kami masih sangat lancar. Walau terkadang rasa curigaku yangg terlalu buat kami kadang ribut, tapi dia tetep bisa tenangin aku.
Dia selalu kuatin aku, kuatin aku dan buat aku bahaagia . . .
Aku sayang benget sama dia



bersambung . . . .

semua berawal dari mata (advanced)

sesampainya aku di tempat baru, aku mulai mencoba untuk beraktivitas dan mencona melupakan masalhku. Tapi, setelah sebulan aku menikmati kesibukan itu, dia mulai menghubungiku lagi, dia hanya tanya - tanya bagaimana kabarku, bagaimana aktivitasku. sebisa mungkin aku harus bisa jawab sesederhana mungkin, agar dia tak begitu mengetahui jika aku merindukannya. bulan berikutnya, aku kembali ke tempatku semula, dia tahu jika aku kembali, tapi sebisa mungkin aku tutup - tutupi, hingga dia benar - benar tahu jika aku memang kembali walau sekejap.

dia marah padaku, entah marah karena apa. yang aku fikirkan, di marah karena tak aku beri kesempatan tuk berjumpa denganku. hanya dua hari aku kembali, setelah itu aku pergi lagi. semenjak itu, dia marah padaku. mulai ada lagi keributan yang menghiasi hari - hariku. ingin sekali aku tutup tiap kali telponnya tapi aku selalu tak bisa lakukan itu.

bulan berikutnya, dia mulai hubungiku dengan nada suara sangat - sangat ramah, mungkin amarahnya sudah meredam. komunikasi kami mulai lancar kembali, seolah teman baru. dia selalu perhatikanku, memanjaku, bahkan saat itu tak ada keributan - keributan seperti dulu. aku mulai nyaman dengan hadirnya, kami kembali lagi jalin status walupun dalam jarak ynag berjauhan. tapi itu tak berlanjut lama, rasa curiga dan tidak percaya padaku mulai tumbuh lagi dan kini lebih membuncah. dia larang aku untuk ini dan itu, bahkan berkumpul dengan teman - teman satu pekerjaanpun tak di perbolehkan. untuk satu minggu aku ikuti apa yang dia katakan, karena memang aku sangat - sangat menyayanginya. tapi tidak, jika semua itu masih dia anggap kurang karena aku manusia biasa yang harus bersosialisasi dan ynag selalu membuatku membencinya, rasa percaya itu tak pernah dia berikan untukku.

dengan permintaan yang aku anggap selembut mungkin aku ucapkan padanya, "lebih baik kamu jauhi aku, tak usah ada lagi komunikasi antara kita. sampai kapanpun rasa percaya itu tak akan ada untukku darimu" tapi setelah kata - kata itu aku sampaikan, dia tak terima itu. dia kembali meneleponku dengan baik - baik. itu hanya berlaku setengah hari, tetapi setengah hari berikutnya dia mulai mencari masalah lagi dengan rasa curiganya.

akhirnya, dia ucap padaku untuk menutup cerita dengan ku untuk selamanya. berat memang tapi inilah hidup, ada yang bertemu dan berpisah. walalupun dalam hatiku sangat - sangat merasakan sakit saat dia ucap itu, entah mengapa kali ini aku tidak menangis. aku fikir jika ini memang ynag di inginkan jiwa dan ragaku tuk berpisah dengannya, aku berpisah dengannya. kami tutup komunikasi dengan pesan singkat, setelah itu tak ada lagi komunikasi sedikitpun yang kami jalin.


aku tetap berjalan dengan pekerjaan ku, tetapi dia aku tak tahu.
selesai . . .






dia 1 : temang aku
dia 2 : pushhi
aku : ducky

Kamis, 26 November 2009

semua berawal dari mata

siang itu amat terik . . .
Terasa menyakiti mata ini debu - debu yang berterbangan menghampiriku,
tapi aku dan teman ku asyik mengendarai sepeda motor menuju mini market,
sesampainya di mini market kami bergegas untuk cepat membeli apa keperluan yang kami butuhkan, hanya setengah jam saja.

Fikiran ku sudah berbeda, aku ingin berjumpa dengan seseorang!
Aku ambil handphone ku di saku celana ku, lalu ku cari nama orang itu.
sudah ku dapat, tak ingin membuang waktu, aku langsung membuat pesan untuk orang itu.
Mungkin hanya 15 menit saja aku menunggu datangnya orang yang aku tunggu tadi,
akhirnya dia datang. Dia ada di seberang mini market tempatku berada,
memakai kemeja hitam dan celana yang terbuat dari bahan kain berwarna hitam, menggunakan helm dan mengendarai sepeda motor berwarna merah.


Entah rasa apa yang datang padaku, tiba - tiba jantungku berdetak kencang sekali, padahal aku baru melihat nya di jauh sana.
Dia kirim pesan untukku, menanyakan aku ada dimana,
lalu di melihat ke arah mini market,
aku terkejut sambil sembunyi di balik tembok depan mini market.
Akhirnya dia datangiku . .
.sepeda motornya ya berhenti di depan mini market dekat sekali denganku, aku masih bersembunyi tapi dia tahu jika aku yang di balik tembok itu.
Aku keluar, melihatnya . . . Ya tuhaaaaaaaaaan . . . tempan sekali dia, dengan senyum istimewanya.

Dia membuka helm yang digunakannya. Senyumnya, sapanya . . . baru kali ini aku temukan lelaki setampan ini.
tidak lama kami bertemu dan saling sapa, karena temanku harus cepat pulang ketempat sebelumnya kami bertemu.
sepanjang jalan, aku masih sangat terbayang dengan wajah lelaki itu yang sangat tampan, yang aku tahu belakangan ini namanya pushii . . . . tapi karena saat itu aku bersama teman - temanku, sejenak aku terlupa dengannya.


Tapi, setelah aku pulang pushii masih tetap ganggu aku, ada telpon darinya. senaaaaaaaaaang sekali tapi aku harus sembunyikan rasa itu padanya. Dia tanya kesanku bertemu dia bagaimana, seperti orang bodoh aku bicara seadanya yang membuat dia tertawa.
Kami sangat sering sekali komunikasi setelah pertemuan itu, ada kesepatan waktu untuknya berjumpa denganku lagi. Dia jemput aku di tempat kerja, itu pertama kalinya aku dekat dengannya. Aku duduk di jok belakang sepeda motornya, lalu di antarnya aku sempai kerumah ku. sepanjang jalan aku coba merasakan harum keringatnya.
Sesampainya di rumah, mungkin karena pertama kali aku tak tahu harus bagaimana. sampai telupa membawakannya air minum, kami bercanda, kami bercerita dan kami pun saling pandang.
Entah jalan apa yang tersedia untuk kami berdua, lama kelamaan aku dan dia semakin dekat. Sampai kami pacaran. dua minggu pertama kami sudah mulai ribut - ribut karena masalh kecil, sampai minggu ke tiga kami putus, tapi komunikasi kami masih sangat lancar.
Aku coba pergi ketempat lain, tujuanku melupakan masalahku dengannya, aku mampu selama satu minggu terhindar dari beratnya berfikir tentangnya, sampai pada hari ke delapan dia ada telpon aku. aku kira dia hanya ingin tahu bagaimana kabarku, tapi ternyata dia ingin kembali berpacaran denganku. masih ada masalah karena salah faham, tapi aku coba tek perduli dengannya.

Sampai pada akhirnya aku fikir untuk berpindah untuk benar - benar melupakannya, sehari sebelum aku berangkat aku ingin jumpa dengannya, dia penuhi inginku. sebelum dia berangkat kerja dia datang kerumahku.

pagi sekali . . . sudah dua bulan lamanya aku tak menatap wajahnya, laki - laki ynag sangat aku sayangi, kini ada di depan mataku. Ingin sekali aku memeluknya, merasakan degup jantungnya, tapi semua itu tak akan mungkin.

hanya beberapa menit dia duduk di dekatku, dia pergi dengan tetesan airmata yang di sembunyikan. Aku tahu jika dia tak rela aku semakin jauh darinya, tapi semua itu sudah terlambat, karena aku harus tetap pergi.

aku berangkat, aku kirim pesan perpisahan untuknya. dia hanya membalas dengan kata "hati - hati dan jaga diri" berat sekali rasanya hati ini, menolak semuanya sudah tak mungkin.

***


pesawatku sudah lepas landas . . .
aku sudah sampai di tempat baruku, di sambut dengan hujan rintik - rintik meneriakan rasa rinduku untuknya. Walau tak terhitung hari kami berjumpa tepi rasa rindu itu sudah terasa.


bersambung . . . .