Senin, 30 November 2009

pacaran & perselingkuhan?

Pacaran???

Kata pacaran kerap sekali kaitannya dengan anak muda.
Tapi sekarang yang sudah berumur pun miliki status itu.
Usia pacaran zaman kini, di mulai dari usia SD.
Entah apa makna dari usia itu untuk pacaran,
sering banyak yang menyebutkan jika pada usia SD sudah pacaran,
maka itu di namakan cinta monyet. Entah kenapa di namakan cinta monyet,
apa karena usianya yang masih muda atau karena mirip monyet? hehe . . .

Usia SMP, adalah usia dimana para anak merasa sudah tahu apa yang dia lakukan,
usia ini juga sering di katakan dengan sebutan ABG (Anak Baru Gede),
segala hal yang di lakukan dan yang di ambil meras benar,
padahal itu hanya sesuatu yang sementara.

Usia SMA, merupakan usia yang sangat rentan terhadap kata pacaran.
Pada face ini, para orang tua harus ekstra hati - hati menjaga tiap anak - anak,
karena jika tidak anak kesayangannya kan hilang setelah tenggelam pada lenaan pacaran.

Pada usia anak kuliah, semua yang di lakukan dan di ambil oleh fikiran yang selalu
dia anggap benar untuk di masa depannya dan sering di benarkan oleh orang - orang di sekelilingnya,
inilah yang benar - benar harus di arahkan bagaimana cara yang benar.

Kini untuk yang sudah berumur, kali ini yang berperan bukan hanya para wanita
atau pria yang tidak tepat target untuk menikah, tatapi para wanita dan pria yang sudah
menikah yang berperan.

Jika memang usia anak SD, memiliki nama cinta monyet atas apa yang dia lakukan
dan kerap menjadi lelucon untuk para orang tua. usia anak SMP yang merasa jika apa yang
di fikirkanya selalu benar, anak SMA yang selalu merasa miliki hak atas apa yang akan dia lakukan.
Anak kuliah dengan fikiran - fikiran yang selalu di anggap benar dan kadang ada yang membenarkan,
itu memang sudah tidak asing lagi di dengar. Bagaimana dengan yang sudah berumur di tambah yang sudah nikah?
Untuk apa kata pacaran itu mereka miliki lagi? padahal mereka sudah milik suami atau istri.

Banyak juga yang mengatakan, jika pacaran itu merupakan fase untuk saling mengenal satu sama lain,
yang pada akhir hubungan itu berniat untuk menikah.
Yang berharap rasa kasih sayang dan cinta itu akan terikat dan tak akan hilang. Jika memang begitu,
kita harus menanyakan apa mereka yang sudah berumur dan sudah menikah, sebelumnya tidak pacaran?
Hingga salah seorang pasangannya pergi untuk berpacaran dengan lain orang?

Bukan hanya satu ynag mengaku jika dia merasakan jatuh cinta sebenarnya setelah menikah,
padahal dia sudah miliki buah hati. Apa ada yang salah dengan kata - kata yang dia ungkapkan? menurutku "iya".

Pacaran, tidak akan jauh dengan kata parselingkuhan.
separti yang di lakukan oleh mereka yang suda berumur dan menikah. Mereka tidak ingin menyakiti dan
terlihat mendua di depan istri atau suaminya. Meraka memanfaatkan jam - jam kerja atau jam istirahat untuk
pacaran dengan pasangan yang dia anggap dapat menghapus stresnya karena kegiatan dan aktivitas kerjanya.
Sedang kesempatan itu sering terjadi.

Malangnya para suami atau istri yang di selingkuhkan,
lalu menurut Anda apa makna pacaran, tujuannya dan mengapa sampai terjadi perselingkuhan?

Sabtu, 28 November 2009

aku berjumpa dengan semangat ku

Pagi itu, aku papah dan kakak laki - lakiku lari pagi bareng.
di mulai dari depan rumah sampe ke depan kompleks perumahan kami.

Di sepanjang jalan menuju ke depan kompleks, sambil lari - lari kecil, kami becanda dan becerita - cerita yang buat kami g sadar kalau keringat sudah basah di badan kami. aku tanya nomer telpon temanku yang papah kenal, aku mintanya sama papah karena papah kenal lebih dulu dengan temanku itu.

"Pah, ada nomer handphone Kak Toni g?" sambil lari - lari kecil aku tanya itu sama papah. pake senyum yang aku g faham, papah kasih handphonenya sama aku dan ngomong "ini handphonenya, kamu cari sendiri, papah save namanya Indra di phoneboox". tanpa fikir panjang aku cari nama yang papah sebutin tadi, aku pindahin ke handphone ku dulu, terus papah bilang "telpon aja, pasti yang pegang handphonenya masih tidur, sekalian bangunkan dia. Takut terlambat berangkat kuliah!!!". Papah masih senyum - senyum ngomong itu ke aku. Tapi dalem hatiku nanya "Hah? Kak Toni kuliah? bukannya dia udah kerja?" tapi aku coba sok g peduli "mungkin ini sodaranya". terus papah suruh aku telpn, g kayak biasanya papah bolehin aku telpon temanku pake handphonenya, tanpa fikir panjang aku telpon nomer itu, telponku udah masuk tapi lama banget g ada yang angkat, aku bilang ke papah "pah, telponnya g ada yang terima!!!", "mungkin masih tidur sayang". Aku matiin, telponnya. terus aku coba telpon lagi, di terima, dia bilang "hallo", aku langsung matiin lagi, tapi . . . kayaknya nomer yang papah kasih itu bukan nomer hanphone Kak Toni, karena dari suara yang aku denger beda banget. Terus aku tanyain sama papah "Pah, suaranya kayak nada orang jawa", papah senyum dan ternyata papah liatain sikapku yang dari tadi penasaran sama nomer yang papah kasih itu. "Mungkin itu temannya" jawab papah buat curiga, " ow . . . mungkin", jawabku singkat.

seudah sampe di depan kompleks, kami duduk - duduk sambil lenturin otot - otot yang tegang. Papah duduk jauh banget, ada kakak laki - lakiku duduk di samping kananku. Karena aku fikir udah cukup istirahatnya, aku ajak kakakku buat pulang. Tanpa papah kami pulang, mungkin papah pergi sama temannya dan g sempet pamit Sama kami. Di jalan, nomer yang tadi aku telpon kirim pesan " ada apa bos, pagi - pagi dah telpon?", " loh kok bos? mungkin ini panggilan Kak Toni sama papah". Aku g balas, karena aku bingung harus membalas apa. g lama, nomer itu telpon . . . Aku bingung, "kak, nomer yang papah kasih tadi telpon, terima jangan?", "Terima aja!". Jawab kakakku singkat. Tapi telponnya mati, aku ngerasa tenang. Tapi nomer itu telpon lagi "hallo, bos ada apa? tadi g sempet terima telponnya, aku lagi mandi?"," oh, maaf kalo gitu" jawabku gemetaran banget. "Loh, si Bosnya kemana?" tanyanya pake nada heran. "papahnya pergi sama temennya" jawabku bingung. "yang tadi telpon kakak, itu aku", "ow . . . aku kira si bos ada perlu, emang ini siapa?". "aku anaknya papah" jawabku sedikit nyombong. " ow anaknya . . .", jawabnya singkat. "tadi papah kasih nomermu sama aku, terus aku telpon". "M m m begitu . . . y udah, aku harus berangkat kuliah, nanti aku telpon lagi", nadanya cepet. "ya udah kalo gitu, maaf udah gangagu", kata - kata terakhirku sebelum di tutup.

Kami sampe rumah, kakak ku pergi kekamarnya dan akupun pergi ke kamarku. Aku mandi dan ganti baju, seudah selesei ganti baju, aku pegang handphone ku terus tidur - tiduran. Entah kenapa aku lihat nomer yang tadi, aku penasaran banget sama nomer yang papah kasih itu. Aku kirim pesan, pake kata - kata yang aku coba selembut mungkin, tapi ternyata dia lagi ada di kampus. Walaupun balasan lama terus, tapi kami banyak cerita.

***

Seudah itu, aku sering tanyain siapa sebenarnya yang punya nomer itu. Tapi papah g kasih jawaban yang g buat aku tanya sekali.

***

Tiga hari kemudian papah kirim pesan sama aku, "sayang, hari ini ada keluar g?", aku g balas, karena aku pikir papah masih ada di kantor. se-jam kemudian papah kirim pesan lagi "sayang, lihat ke bawah ada siapa?", tanpa fikir panjang, aku keluar kamar. bediri di balkon depan kamarku. Aku emang liat papah, tapi aku g lihat siapa - siapa di sana. Aku bales pesen papah "ada siapa?, cuma papah aja khan?", "lihat sekali lagi, ada siapa disini", balasan papah. Aku keluar lagi, terus aku bediri di balkon. Aku lihat papah sama laki - laki yang lagi duduk di atas sepeda motor, pake celana pendek, kaus putih dan topi warna putih. Aku kaget, aku langsung sembunyi. Aku yakin papah tahu kalo aku sembunyi seudah aku liat ada orang lain deket papah, aku kirim pesen buat tanyain siapa yang deket papah itu "pah, itu siapa?", pasanku singkat banget. "ini, Indra. Guru privat adikmu, yang sering kamu tanyakan itu?", balas papah. "Apa?, serius?". "Kamu g percaya?" tanya papah, "turun lah . . . liat sini!!", minta papah. Entah kenapa jantungku deg - degan banget, aku takut kalo aku turun kakak itu g mau cerita banyak lagi samaku. "g lah pah, kirim salam aja sama dia". Isi pesanku sama papah dikit nyesal. "Dia pengen tahu kamu", balas papah. "nanti aja" balasku.

G lama ada pesen lagi, aku fikir itu pesan yang papah kirim buatku, ternyata Kak Indra, "kamu yang di atas tadi?", "bukan, itu temenku", jawabku harus bohong. G ada balesan lagi, mungkin karena dia tahu kalo aku bohong balas pesannya tadi.

***

Malamnya, aku minta biar dia ke rumahku. Karena ku fikir, aku harus siap buat ketemu, tapi ternyata dia g ada waktu buat itu, ada acara yang udah di rencanain sebelumnya. Mungkin itu acara bareng teman - temannya. Aku maklum kalo aku g dapet ketemu sama dia, karena undanganku dadakan banget.

***
seminggu kemudian, aku tanya dia sempet atau g buat betemu sama aku, tapi hasilnya masih sama, dia belum bisa ketemu sama aku. tapi selama itu, kami masih sering ingatin lewat pesan singkat. Dia mulai ngisi hari - hariku . . .

Buat ketiga kalinya aku ngajak dia ketemu, tapi masih tetep aja belum ada waktu, waktu itu aku mau pergi buat kuliah di luar pulau. pake balesan yang aku fikir dia juga pengen ketemu sama aku, aku harus pergi tanpa lebih dulu lihat siapa dia yang isi hari - hariku. Walau tanpa itu, aku harus tetep pergi.

sesampainya di tempat baruku, aku masih tetep g bisa lupain rasa kesel karena g bisa ketemu sebelumnya sama Kak Indra. Tapi, komunikasi kami lancar banget, bahkan bukan cuma lewat pasan singkat tapi telpon juga. Dan waktu itu, kami mulai ngebahas masalah perasaan, dia tanya kenapa aku bada sama temen - temen ceweknya yang lain.
"De, kenapa kamu mau kenal Kakak?" tanyanya sama aku,
"karena yang Ade tahu, Kakak baik!"
"Ade sayang Kakak?"
"ya, Ade sayang kakak, bahkan Ade g mau kalo sampe keilangan Kakak"
"kenapa Ade sayang Kakak?, padahal kita belum pernah ketemu"
"jangan tanyain itu sama Ade Kak, Adepun g tau kenapa rasa suka dan sayang itu ada buat kakak"
"hm . . . "
"gimana sama pacar Kakak?" tanyaku ngalihin . . .
"pacar yang mana?" tanyanya pake nada heran,
"papah cerita, Kakak udah ada pacar!!"
"G ada . . . Kakak lagi pengen sendiri dan g mau mikirinn hal itu, Kakak pengen konsentrasi hadapi TA kakak"
"m m m m gitu . . . ."
"ya . . . , oya, tadi Ade ucap sama kakak kalo ade g mau kalo sampe keilangan kakak, emang kenapa?"
"ya kakak khan yang nemenin Ade belakangan ini, kakak juga yang selalu semangatin ade"
"Ade cinta kakak?"
"rasa itu kayaknya mulai tumbuh buat kakak"
"ya udah kalo gitu . . . "
"kok, kesannya Ade yang nembak?"
"ya emang Ade lagi nembak kakak khan?"
"sumpah . . . . ini pertama kali, tapi g apa - apa buat pengalaman dan yang penting kakak punya Ade"

Dari hari itu, aku dan Kak Indra jadian. Kami seneng walaupun kami belum pernah ketemu. Akhirnya ada jalan buat kami ketemu juga, aku harus pulang buat selesain surat - surat yang aku butuh di perguruan tinggi nanti. Aku minta Kak Indra buat jemput, karena aku g mau kalo sampe buang kesempatan yang ada buat ketemu sama dia.

Aku berangkat dari bandara sini setelah magrib, sampe bandara soekarni - Hatta jam delapan-an malem, Kak Indra udah kirim pesan berkali - kali. Aku keluar area bandara dan ke tempat parkir, di sana ada dia . . .
karena ini pertama kalinya, aku masih harus nyari-nyari yang mana orangnya. Sedikit emosi karena waktu sedikit mengulur buat kami ketemu. Aku liat dia di seberag jalan, aku coba buat bersikap biasa biar dia g tau kalo itu aku, rencanaku buat bikin kejutan, handphoneku sembunyiin, aku samperin dia, dia liatin aku, deg - degan . . . akhirnya aku g bisa tahan senyum yang harus aku kasih sama dia. Kami mulai akrab walau waktu lima menit ketemu kami belum lewat.
Aku langsung di ajaknya keparkiran, kami langsung menuju pulang. Sepanjang jalan aku g mau lepas pelukanku. Rasa sayang dan cintaku kini makin bertambah seudah kami ketemu, walaupun sebelumnya rasa sayang dan cintaku udah ada buat dia. Dia begitu hangat, wangi, dan indah.

Waktu itu, aku g langsung pulang kerumahku, karena rumahku lumayan jauh dari bandara. Aku harus nginep di tempat saudaraku, syukur tempatnya g gitu jauh dari tempat tingal Kak Indra. Sesampainya di rumah saudaraku, aku ngobrol, becanda, ketewa. Terasa cepet banget waktu yang kelewat, sampe - sampe harus buat dia pamit pulang dulu. Dia pamit pulang . . .

***

Besoknya, jam sebelas. Sepulangnya dia dari kampus, dia langsung ke tempat saudaraku, untuk antar aku pulang kerumahku. Kami g langsung pulang seudah dia sampe rumah sodaraku, tapi kami becanda sampe lupa kalo harus pulang. Akhirnya, sehabis djuhur kami berangkat utuk pulang. Sepanjang jalan, aku selalu manfaatkan untuk bercanda dan memeluknya. karena ku tahu jika kami cuma sebentar aja ketemunya. Sampe kerumah, kami istirahat. Tapi dia g bisa sampai lama dirumah, dia harus pulang karena ada acara dirumahnya, tanpa fikir panjang aku harus merelakannya.

***

pagi - pagi banget aku harus berangkat lagi, aku tinggalin dia. sebenernya aku pengen banget dia peluk aku sebelum berangkat, tapi. . . cuma kata - kata lewat pesan singkat yang bisa anter aku sampe ketempat belajarku. Beraaaaaat . . . banget kaki ini buat ngelangkah, tapi dia juga g mungkin berentiin perjalannan aku.
Walaupun kami jauh, tapi komunikasi kami masih sangat lancar. Walau terkadang rasa curigaku yangg terlalu buat kami kadang ribut, tapi dia tetep bisa tenangin aku.
Dia selalu kuatin aku, kuatin aku dan buat aku bahaagia . . .
Aku sayang benget sama dia



bersambung . . . .

semua berawal dari mata (advanced)

sesampainya aku di tempat baru, aku mulai mencoba untuk beraktivitas dan mencona melupakan masalhku. Tapi, setelah sebulan aku menikmati kesibukan itu, dia mulai menghubungiku lagi, dia hanya tanya - tanya bagaimana kabarku, bagaimana aktivitasku. sebisa mungkin aku harus bisa jawab sesederhana mungkin, agar dia tak begitu mengetahui jika aku merindukannya. bulan berikutnya, aku kembali ke tempatku semula, dia tahu jika aku kembali, tapi sebisa mungkin aku tutup - tutupi, hingga dia benar - benar tahu jika aku memang kembali walau sekejap.

dia marah padaku, entah marah karena apa. yang aku fikirkan, di marah karena tak aku beri kesempatan tuk berjumpa denganku. hanya dua hari aku kembali, setelah itu aku pergi lagi. semenjak itu, dia marah padaku. mulai ada lagi keributan yang menghiasi hari - hariku. ingin sekali aku tutup tiap kali telponnya tapi aku selalu tak bisa lakukan itu.

bulan berikutnya, dia mulai hubungiku dengan nada suara sangat - sangat ramah, mungkin amarahnya sudah meredam. komunikasi kami mulai lancar kembali, seolah teman baru. dia selalu perhatikanku, memanjaku, bahkan saat itu tak ada keributan - keributan seperti dulu. aku mulai nyaman dengan hadirnya, kami kembali lagi jalin status walupun dalam jarak ynag berjauhan. tapi itu tak berlanjut lama, rasa curiga dan tidak percaya padaku mulai tumbuh lagi dan kini lebih membuncah. dia larang aku untuk ini dan itu, bahkan berkumpul dengan teman - teman satu pekerjaanpun tak di perbolehkan. untuk satu minggu aku ikuti apa yang dia katakan, karena memang aku sangat - sangat menyayanginya. tapi tidak, jika semua itu masih dia anggap kurang karena aku manusia biasa yang harus bersosialisasi dan ynag selalu membuatku membencinya, rasa percaya itu tak pernah dia berikan untukku.

dengan permintaan yang aku anggap selembut mungkin aku ucapkan padanya, "lebih baik kamu jauhi aku, tak usah ada lagi komunikasi antara kita. sampai kapanpun rasa percaya itu tak akan ada untukku darimu" tapi setelah kata - kata itu aku sampaikan, dia tak terima itu. dia kembali meneleponku dengan baik - baik. itu hanya berlaku setengah hari, tetapi setengah hari berikutnya dia mulai mencari masalah lagi dengan rasa curiganya.

akhirnya, dia ucap padaku untuk menutup cerita dengan ku untuk selamanya. berat memang tapi inilah hidup, ada yang bertemu dan berpisah. walalupun dalam hatiku sangat - sangat merasakan sakit saat dia ucap itu, entah mengapa kali ini aku tidak menangis. aku fikir jika ini memang ynag di inginkan jiwa dan ragaku tuk berpisah dengannya, aku berpisah dengannya. kami tutup komunikasi dengan pesan singkat, setelah itu tak ada lagi komunikasi sedikitpun yang kami jalin.


aku tetap berjalan dengan pekerjaan ku, tetapi dia aku tak tahu.
selesai . . .






dia 1 : temang aku
dia 2 : pushhi
aku : ducky

Kamis, 26 November 2009

semua berawal dari mata

siang itu amat terik . . .
Terasa menyakiti mata ini debu - debu yang berterbangan menghampiriku,
tapi aku dan teman ku asyik mengendarai sepeda motor menuju mini market,
sesampainya di mini market kami bergegas untuk cepat membeli apa keperluan yang kami butuhkan, hanya setengah jam saja.

Fikiran ku sudah berbeda, aku ingin berjumpa dengan seseorang!
Aku ambil handphone ku di saku celana ku, lalu ku cari nama orang itu.
sudah ku dapat, tak ingin membuang waktu, aku langsung membuat pesan untuk orang itu.
Mungkin hanya 15 menit saja aku menunggu datangnya orang yang aku tunggu tadi,
akhirnya dia datang. Dia ada di seberang mini market tempatku berada,
memakai kemeja hitam dan celana yang terbuat dari bahan kain berwarna hitam, menggunakan helm dan mengendarai sepeda motor berwarna merah.


Entah rasa apa yang datang padaku, tiba - tiba jantungku berdetak kencang sekali, padahal aku baru melihat nya di jauh sana.
Dia kirim pesan untukku, menanyakan aku ada dimana,
lalu di melihat ke arah mini market,
aku terkejut sambil sembunyi di balik tembok depan mini market.
Akhirnya dia datangiku . .
.sepeda motornya ya berhenti di depan mini market dekat sekali denganku, aku masih bersembunyi tapi dia tahu jika aku yang di balik tembok itu.
Aku keluar, melihatnya . . . Ya tuhaaaaaaaaaan . . . tempan sekali dia, dengan senyum istimewanya.

Dia membuka helm yang digunakannya. Senyumnya, sapanya . . . baru kali ini aku temukan lelaki setampan ini.
tidak lama kami bertemu dan saling sapa, karena temanku harus cepat pulang ketempat sebelumnya kami bertemu.
sepanjang jalan, aku masih sangat terbayang dengan wajah lelaki itu yang sangat tampan, yang aku tahu belakangan ini namanya pushii . . . . tapi karena saat itu aku bersama teman - temanku, sejenak aku terlupa dengannya.


Tapi, setelah aku pulang pushii masih tetap ganggu aku, ada telpon darinya. senaaaaaaaaaang sekali tapi aku harus sembunyikan rasa itu padanya. Dia tanya kesanku bertemu dia bagaimana, seperti orang bodoh aku bicara seadanya yang membuat dia tertawa.
Kami sangat sering sekali komunikasi setelah pertemuan itu, ada kesepatan waktu untuknya berjumpa denganku lagi. Dia jemput aku di tempat kerja, itu pertama kalinya aku dekat dengannya. Aku duduk di jok belakang sepeda motornya, lalu di antarnya aku sempai kerumah ku. sepanjang jalan aku coba merasakan harum keringatnya.
Sesampainya di rumah, mungkin karena pertama kali aku tak tahu harus bagaimana. sampai telupa membawakannya air minum, kami bercanda, kami bercerita dan kami pun saling pandang.
Entah jalan apa yang tersedia untuk kami berdua, lama kelamaan aku dan dia semakin dekat. Sampai kami pacaran. dua minggu pertama kami sudah mulai ribut - ribut karena masalh kecil, sampai minggu ke tiga kami putus, tapi komunikasi kami masih sangat lancar.
Aku coba pergi ketempat lain, tujuanku melupakan masalahku dengannya, aku mampu selama satu minggu terhindar dari beratnya berfikir tentangnya, sampai pada hari ke delapan dia ada telpon aku. aku kira dia hanya ingin tahu bagaimana kabarku, tapi ternyata dia ingin kembali berpacaran denganku. masih ada masalah karena salah faham, tapi aku coba tek perduli dengannya.

Sampai pada akhirnya aku fikir untuk berpindah untuk benar - benar melupakannya, sehari sebelum aku berangkat aku ingin jumpa dengannya, dia penuhi inginku. sebelum dia berangkat kerja dia datang kerumahku.

pagi sekali . . . sudah dua bulan lamanya aku tak menatap wajahnya, laki - laki ynag sangat aku sayangi, kini ada di depan mataku. Ingin sekali aku memeluknya, merasakan degup jantungnya, tapi semua itu tak akan mungkin.

hanya beberapa menit dia duduk di dekatku, dia pergi dengan tetesan airmata yang di sembunyikan. Aku tahu jika dia tak rela aku semakin jauh darinya, tapi semua itu sudah terlambat, karena aku harus tetap pergi.

aku berangkat, aku kirim pesan perpisahan untuknya. dia hanya membalas dengan kata "hati - hati dan jaga diri" berat sekali rasanya hati ini, menolak semuanya sudah tak mungkin.

***


pesawatku sudah lepas landas . . .
aku sudah sampai di tempat baruku, di sambut dengan hujan rintik - rintik meneriakan rasa rinduku untuknya. Walau tak terhitung hari kami berjumpa tepi rasa rindu itu sudah terasa.


bersambung . . . .