Sabtu, 28 November 2009

semua berawal dari mata (advanced)

sesampainya aku di tempat baru, aku mulai mencoba untuk beraktivitas dan mencona melupakan masalhku. Tapi, setelah sebulan aku menikmati kesibukan itu, dia mulai menghubungiku lagi, dia hanya tanya - tanya bagaimana kabarku, bagaimana aktivitasku. sebisa mungkin aku harus bisa jawab sesederhana mungkin, agar dia tak begitu mengetahui jika aku merindukannya. bulan berikutnya, aku kembali ke tempatku semula, dia tahu jika aku kembali, tapi sebisa mungkin aku tutup - tutupi, hingga dia benar - benar tahu jika aku memang kembali walau sekejap.

dia marah padaku, entah marah karena apa. yang aku fikirkan, di marah karena tak aku beri kesempatan tuk berjumpa denganku. hanya dua hari aku kembali, setelah itu aku pergi lagi. semenjak itu, dia marah padaku. mulai ada lagi keributan yang menghiasi hari - hariku. ingin sekali aku tutup tiap kali telponnya tapi aku selalu tak bisa lakukan itu.

bulan berikutnya, dia mulai hubungiku dengan nada suara sangat - sangat ramah, mungkin amarahnya sudah meredam. komunikasi kami mulai lancar kembali, seolah teman baru. dia selalu perhatikanku, memanjaku, bahkan saat itu tak ada keributan - keributan seperti dulu. aku mulai nyaman dengan hadirnya, kami kembali lagi jalin status walupun dalam jarak ynag berjauhan. tapi itu tak berlanjut lama, rasa curiga dan tidak percaya padaku mulai tumbuh lagi dan kini lebih membuncah. dia larang aku untuk ini dan itu, bahkan berkumpul dengan teman - teman satu pekerjaanpun tak di perbolehkan. untuk satu minggu aku ikuti apa yang dia katakan, karena memang aku sangat - sangat menyayanginya. tapi tidak, jika semua itu masih dia anggap kurang karena aku manusia biasa yang harus bersosialisasi dan ynag selalu membuatku membencinya, rasa percaya itu tak pernah dia berikan untukku.

dengan permintaan yang aku anggap selembut mungkin aku ucapkan padanya, "lebih baik kamu jauhi aku, tak usah ada lagi komunikasi antara kita. sampai kapanpun rasa percaya itu tak akan ada untukku darimu" tapi setelah kata - kata itu aku sampaikan, dia tak terima itu. dia kembali meneleponku dengan baik - baik. itu hanya berlaku setengah hari, tetapi setengah hari berikutnya dia mulai mencari masalah lagi dengan rasa curiganya.

akhirnya, dia ucap padaku untuk menutup cerita dengan ku untuk selamanya. berat memang tapi inilah hidup, ada yang bertemu dan berpisah. walalupun dalam hatiku sangat - sangat merasakan sakit saat dia ucap itu, entah mengapa kali ini aku tidak menangis. aku fikir jika ini memang ynag di inginkan jiwa dan ragaku tuk berpisah dengannya, aku berpisah dengannya. kami tutup komunikasi dengan pesan singkat, setelah itu tak ada lagi komunikasi sedikitpun yang kami jalin.


aku tetap berjalan dengan pekerjaan ku, tetapi dia aku tak tahu.
selesai . . .






dia 1 : temang aku
dia 2 : pushhi
aku : ducky

Tidak ada komentar:

Posting Komentar