Kamis, 26 November 2009

semua berawal dari mata

siang itu amat terik . . .
Terasa menyakiti mata ini debu - debu yang berterbangan menghampiriku,
tapi aku dan teman ku asyik mengendarai sepeda motor menuju mini market,
sesampainya di mini market kami bergegas untuk cepat membeli apa keperluan yang kami butuhkan, hanya setengah jam saja.

Fikiran ku sudah berbeda, aku ingin berjumpa dengan seseorang!
Aku ambil handphone ku di saku celana ku, lalu ku cari nama orang itu.
sudah ku dapat, tak ingin membuang waktu, aku langsung membuat pesan untuk orang itu.
Mungkin hanya 15 menit saja aku menunggu datangnya orang yang aku tunggu tadi,
akhirnya dia datang. Dia ada di seberang mini market tempatku berada,
memakai kemeja hitam dan celana yang terbuat dari bahan kain berwarna hitam, menggunakan helm dan mengendarai sepeda motor berwarna merah.


Entah rasa apa yang datang padaku, tiba - tiba jantungku berdetak kencang sekali, padahal aku baru melihat nya di jauh sana.
Dia kirim pesan untukku, menanyakan aku ada dimana,
lalu di melihat ke arah mini market,
aku terkejut sambil sembunyi di balik tembok depan mini market.
Akhirnya dia datangiku . .
.sepeda motornya ya berhenti di depan mini market dekat sekali denganku, aku masih bersembunyi tapi dia tahu jika aku yang di balik tembok itu.
Aku keluar, melihatnya . . . Ya tuhaaaaaaaaaan . . . tempan sekali dia, dengan senyum istimewanya.

Dia membuka helm yang digunakannya. Senyumnya, sapanya . . . baru kali ini aku temukan lelaki setampan ini.
tidak lama kami bertemu dan saling sapa, karena temanku harus cepat pulang ketempat sebelumnya kami bertemu.
sepanjang jalan, aku masih sangat terbayang dengan wajah lelaki itu yang sangat tampan, yang aku tahu belakangan ini namanya pushii . . . . tapi karena saat itu aku bersama teman - temanku, sejenak aku terlupa dengannya.


Tapi, setelah aku pulang pushii masih tetap ganggu aku, ada telpon darinya. senaaaaaaaaaang sekali tapi aku harus sembunyikan rasa itu padanya. Dia tanya kesanku bertemu dia bagaimana, seperti orang bodoh aku bicara seadanya yang membuat dia tertawa.
Kami sangat sering sekali komunikasi setelah pertemuan itu, ada kesepatan waktu untuknya berjumpa denganku lagi. Dia jemput aku di tempat kerja, itu pertama kalinya aku dekat dengannya. Aku duduk di jok belakang sepeda motornya, lalu di antarnya aku sempai kerumah ku. sepanjang jalan aku coba merasakan harum keringatnya.
Sesampainya di rumah, mungkin karena pertama kali aku tak tahu harus bagaimana. sampai telupa membawakannya air minum, kami bercanda, kami bercerita dan kami pun saling pandang.
Entah jalan apa yang tersedia untuk kami berdua, lama kelamaan aku dan dia semakin dekat. Sampai kami pacaran. dua minggu pertama kami sudah mulai ribut - ribut karena masalh kecil, sampai minggu ke tiga kami putus, tapi komunikasi kami masih sangat lancar.
Aku coba pergi ketempat lain, tujuanku melupakan masalahku dengannya, aku mampu selama satu minggu terhindar dari beratnya berfikir tentangnya, sampai pada hari ke delapan dia ada telpon aku. aku kira dia hanya ingin tahu bagaimana kabarku, tapi ternyata dia ingin kembali berpacaran denganku. masih ada masalah karena salah faham, tapi aku coba tek perduli dengannya.

Sampai pada akhirnya aku fikir untuk berpindah untuk benar - benar melupakannya, sehari sebelum aku berangkat aku ingin jumpa dengannya, dia penuhi inginku. sebelum dia berangkat kerja dia datang kerumahku.

pagi sekali . . . sudah dua bulan lamanya aku tak menatap wajahnya, laki - laki ynag sangat aku sayangi, kini ada di depan mataku. Ingin sekali aku memeluknya, merasakan degup jantungnya, tapi semua itu tak akan mungkin.

hanya beberapa menit dia duduk di dekatku, dia pergi dengan tetesan airmata yang di sembunyikan. Aku tahu jika dia tak rela aku semakin jauh darinya, tapi semua itu sudah terlambat, karena aku harus tetap pergi.

aku berangkat, aku kirim pesan perpisahan untuknya. dia hanya membalas dengan kata "hati - hati dan jaga diri" berat sekali rasanya hati ini, menolak semuanya sudah tak mungkin.

***


pesawatku sudah lepas landas . . .
aku sudah sampai di tempat baruku, di sambut dengan hujan rintik - rintik meneriakan rasa rinduku untuknya. Walau tak terhitung hari kami berjumpa tepi rasa rindu itu sudah terasa.


bersambung . . . .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar