Jumat, 04 Desember 2009

dia teman SMAku

Dia adalah teman SMA ku . . .

Dia sederhana, bersahaja, baik dan penuh tawa. Dia tidak begitu percaya diri, tapi jika dia sudah merasa nyaman dengan lingkungan dan orang yang di sekelilingnya, dia akan membuat orang-orang itu merasa nyaman ada di dekatnya.
Dia memang manja, tapi dia bisa memanjakan orang yang memanjakannya itu, siapapun itu. Teman yang sudah di kenal lama, pacarnya, keluarganya, bahkan teman yang baru dia kenal.
Dia memiliki prinsip, lebih baik dia yang terluka dari pada orang lain yang teluka. Aku memanggil dia dengan sebutan C, panggilan yang sangat singkat dan mudah di ingat. Aku kenal dia saat pertama masuk ke SMA, dia memang begitu dekat dengan temannya yang di SMP, yang kebetulan berbarengan masuk satu SMA. Ya waktu itu, aku dan teman-temanku yang lain merasa ragu untuk berkenalan dengannya.
*****
Pendaftaran selesai, kami harus menghadapi MOS sebelum masa pembelajaran di mulai. Aku memang tak satu ruangan dengannya, tetapi dengan temannya itu. Yang aku tehu namanya An. Mungkin karena hanya satu teman yang begitu C kenal, tiap sebelum masuk, waktu istirahat dan waktu pulang, C selalu datang ke ruanganku untuk memanggil An. Oy, nama ku Dha!
Aku memang lebih dulu kenal dengan An, di banding C. tapi An ini lah yang membuat aku dan C menjadi kenal. Awalnya C memang pendiam, cuek dan tak ingin ikut campur dengan sesuatu yang dia tak tahu. Itulah yang membuatku sedikit mundur tuk jadikan dia temanku.
Setelah MOS selesai, aku dan siswa baru yang lain mulai menjalani kegiatan belajar, ternyata . . . aku satu kelas dengan C. Aku senang, karena dalam fikirku tak usah jauh-jauh bolak-balik ke kelas lain untuk mengenalnya. Dia duduk tepat di barisan tempat dudukku. Waaaaaah . . . rasa senang itu sempurna untukku.
Satu minggu kami memulai belajar, suasana kelas memang begitu dingin dan sepi. Yang ramai hanya teman-teman yang mungkin berjumpa dengan teman-temannya satu SMP. Aku lihat An dan C begitu asyik bercerita, dengan senyuman penuh harap aku mendekati mereka.
“ hai Dha, kemana yang lain?” sapa C, dengan ramah.
“ yang lain ke kantin” jawabku sedikit tak percaya dia menyapaku.
“ duduk dekat kami, kita ngobrol” ajaknnya.
Sambil berjalan aku ucap “ oh, ya . . . terimakasih”
Mereka sepertinya memang begitu dekat, sampai tawa yang menghampiri mereka begitu akrab dan hangat.
Aku banyak sekali bertanya, karena aku fikir semua ini tak akan terjadi kedua kalinya. Dan karena kesempatan inilah, aku tahu bagaimana C sebenarnya. Aku malu sebelumnya sempat ucap ragu tuk jadikan dia salah satu temanku, karena aku akan menyesal jika ucapanku itu aku turuti. C akan menjadi teman yang sangat berarti, dari itu pula aku tahu kenapa An begitu takut jika aku dan temanku yang laik dekatinya.
Satu bulan sudah berlalu, aku sudah begitu akrab dengannya. Akupun sudah tahu nomer handphonenya, aku dapat mengiriminya pesan atau meneleponnya kapanpun. Semuanya itu memang C sambut dengan ramah, tak heran teman – temannya makin bertambah setiap hari, C pun banyak di kenal oleh teman-teman kelas lain, walaupun aku tahu C tak begitu mudah ingat semua teman yang mengenalnya, karena nama yang terlalu banyak butuh waktu untuk benar-benar mengingatnya.
Dari awal dia masuk SMA, memang sudah banyak teman-temang lelaki yang melirik bahkan mengajaknya kenalan. Entah fikiran apa yang selalu menenangkannya hingga semua itu tak pernah mengganggunya, sedikitpun!!!
Waktu MOS, yang begitu terlihat mendekatinya adalah Ar, Fa, dan Tr. Tapi C tetap tenang dan menjadikannya teman yang sepantasnya. Tak jarang teman-teman laleki kami mentraktir C, yang pasti aku juga di traktir karena aku sudah menjadi teman dekatnya.
*****
Tiga bulan sudah kami kenal, mungkin baru seumur jagung tapi aku sudah merasa begitu dekat dengannya. Kehangatannya yang membuatku begitu menghargainya. Ada yang membuatku terkejut saat itu, aku tak percaya dan penuh tanya saat C di antar laki-laki kesekolah. Aku memang tak punya hak untuk menanyakan siapa laki-laki itu, tapi aku tahu karena An tahu siapa dia. Laki-laki itu saudara An, yang sepertinya akan jadi pacarnya C.
*****
Dugaan ku benar, aku dengar ceritanya jika C sudah pacaran dengan saudaranya An, yang aku tahu namanya Ad. Aku juga tahu jika teman-teman lelaki di sekolah banyak yang merasakan cemburu dan terluka.
Aku sering melihat C di jemput dan di antar sekolah oleh Ad, aku rasa Ad tak akan pernah ingin kehilangan C sampai kapanpun karena yang aku tahu, jika C sudah menyayangi seseorang, C akan sepernuh hati menjaga dan menyayanginya.

*****

Siang itu C tak telihat di antar oleh Ad, aku khawatir jika mereka sedang ada masalah. Sampainya di kelas aku tanyakan kenapa Ad tak ada mengantarnya sekolah tak seperti biasanya, dengan kata-kata yang halus dia menjelaskan padaku jika Ad sedang sibuk bekerja dan untuk hari ini tak sempat mengantarnya sekolah. Aku hanya dapat mengiyakan saja, karena semua itu aku tak tahu sebenarnya. Pulangnya pun aku tak melihat Ad menjemput C, untuk pertama kalinya aku lihat C jalan kaki. Dengan langkahnya yang begitu indah, aku jadi merasa tak tega melihatnya keringatan dan merasa kelelahan. Tapi, C masih tetap saja tersenyum dan tertawa.
Sepenjang jalan teman leki-laki memanfaatkan untuk mengobrol, karena memang baru kali ini C jalan kaki menuju jalan besar. Tapi . . . mungkin rasa puas tak akan di rasakan oleh teman laki-laki ku, karena di depan sana ada laki-laki bak pangeran membawa kuda untuk membawa sang putri pergi ke istana. Satu demi satu teman-teman laki-laki itu menghilang entah bagaimana karena aku tak menyadari cara mereka menghindar dari kami.
Dengan senyuman penuh cinta dan kasih sayang, Ad menyambut C dari kejauhan. Aku sangat-sangat behagia melihat mereka. Saat langkah masih di ayunkan, kata-kata manja yang C ucapkan, membuatku benar-benar cemburu dan ingin menjadi seorang laki-laki seperti Ad. Ad menyambutnya dengan genggaman tangan yang sangat halus, candaan dan kecupan kening yang sangat hangat. Kadang aku berfikir, beruntungnya jika aku menjadi Ad.
Aku istirahat sejanak, sambil duduk dan menikmati minuman botol aku memperhatikan Ad dan C. Sepertinya banyak yang sudah tahu jika Ad dan C adalah pasangan yang paling menyita perhatian sekitar. Hampir seluruh orang di kecamatanku tahu jika mereka pacaran, sampai setiap kali di kala Ad telat menjempt C, ada laki-laki yang menganggunya, ada yang selalu mengingatkan siapapun itu kalau C itu pacarnya Ad. Hingga membuat laki-laki itu tak berani lagi.
Mungkin karena waktu yang menjadikan aku dan C begitu dekat, apa lagi An sudah berhenti sekolah, aku semakin ingin mengenali bagaimana C sebenarnya. Sekalipun sudah merasa kenal dan sering bertemu, C selalu menjaga sikapnya pada siapapun itu. Walau pun di begitu gila untuk memiliki sifat seperti itu.
Ad tak begitu sering ku lihat, yang aku tahu jika dia memang sibuk dengan kerjaannya yang begitu banyak. Semua ini di menfaatkan teman laki-laki satu kelas maupun beda untuk mendekatinya, aku rasa sikap C memang sangat biasa meresponnya, tapi entah mengapa para laki-laki itu tidak sadar jika apa yang mereka harap tak akan pernah terjadi.
Laki-laki pertama yang berani mengutarakan rasanya pada C adalah Ar, teman satu kelas. Tapi sayangnya C tak menyukainya dari awal melihatnya, karena rasa tak sukanya benar-benar tak terlihat, Ar tahu rasa C padanya saat dia ungkap perasaannya. C memang tak menerimanya tapi C menyayangi Ar. Semua ini mereda saat C sibuk dengan kegiatan, hingga Ar tak banyak waktu untuk dekat-dekatnya, lagipun Ar merasa malu dan menjaga jarak dengan C. laki-laki kedua, teman kelas sebelah, namanya If. C memang suka dengan If, tapi itu saat C belum kenal betul-betul dengan If. Tapi setelah C tahu jika If suka sekali merokok dan mabuk-mabukan, If benar-benar tak C pandang karena rasa malu C tak bisa mengingatkan If jika itu salah. If menjauhi C walau kadang mengirimkan salam pada temanya.
Kami naik ke kelas XI, C masuk 10 besar. begitu juga saat kelas X. . . .
Aku memang berpisah kelas dengan C, C benar-benar satu kelas dengan teman-teman baru yang setahuku tak begitu hangat tapi aku yakin jika C akan mampu mencari teman baru yang membuatnya nyaman.
Di kelas barunya C dekat dengan Bt, laki-laki tinggi tapi aku tahu jika dia baik dan aku yakin dia akan nyaman bersama C. Mungkin karena sibuk belajar dan organisasi, C jarang sekali jumpaiku. C lebih sering berkumpul dengan Bt, Il dan Tp. Aku maklumi jika itu karena meraka ada tugas yang harus di selesaikan bersama. Tapi tak lama, aku dengar jika Bt pacaran dengan C, walau aku tahu jika C sudah jarang berjumpa Ad tapi rasanya tidak mungkin jika C pacaran dengan Bt, karena sebelumnya sudah ada laki-laki satu sekolahan yang mungkin berjumpa setiap hari, tak dia terima. Dan akirnya aku tahu jika C memang tak menerima Bt menjadi pacarnya. Mereka memang dekat, bahkan sangat dekat tapi mereka tidak pacaran. Berkali-kali Bt utarakan perasaannya tapi C hanya menjawab, jika dia tidak ingin kehilangan Bt hanya karena ada masalah nantinya. C memang sayang Bt tapi tidak di jadikan pacar.
Kami naik kelas XII, aku kemabli satu kelas dengan C, duduk satu kursi dan satu meja, selain aku, Il dan Tp juga satu kelas dengan kami. C tak banyak berubah, dia semakin gila dan dibutuhkan. Sekalipun waktu yang lama sudah terlewati Bt masih sangat mengharapkan C tuk jadi pacarnya.
Di kala kami sibuk mempersiapkan untuk ujian, C miliki pengalaman lucu. Ada adik kelas namanya Mz suka padanya, untuk kesekian kalinya aku ucap, C hanya ingin membuat orang yang di sekelilingnya senang, akibat itu Mz teluka karena C tak menyukianya. Dia merasa tertipu. . .
Di saat-saat terakhir, C sangat banyak meluangkan waktu di sekolah. Jam belajarnya tidak seperti biasanya tapi sampai sore, akupun terbawa.
*****
Kami harus ujian, beberapa hari lagi saat-saat itu hadir. Semuanya begitu berbeda, C nampak tak seperti biasanya, wajahnya penuh dengen isyarat lelah, sapanya hanya sekedar, tapi aku maklumi itu.
Kami ujian . . . berharap semuanya lulus. Dan akhirnya . . . kami LULUS semuanya!!!! Dua minggu setelah pengumuman itu ada acara perpisahan, dan aku tahu aku akan berpisah dengan separuh jiwaku. Saat itu, aku sangat sibuk mencari kostum untuk acara perpisahan tapi C sangat-sangat santai menghadapinya. Entah jurus apa yang di miliki untuk selalu tenang walaupun waktu yang di butuhkan sangat mepet.
Acara perpisahan memang benar-benar membawa kami semua berpisah, hingga separuh jiwakupun pisah denganku. Selesai acara inti, bodohnya aku asyik dengan pacarku. Harusnya aku bersama C saat itu. Aku tahu jika Bt, Il dan Tp sedang bersamanya tuk berkumpul.
Hari itu memang selesai dengan airmata . . .

*****
Dua minggu kemudian, aku menerima sms jika C akan kuliah di luar pulau, yang aku tahu sangat jauh sekali. Tapi aku tak dapat jumpainya walau hanya untuk mengantarkannya ke bandara.
C mengirim aku pesan saat dia ada di tempat barunya dan kini aku jauh dengannya. Selamat jalan separuh jiwaku . . . semoga kesuksesan akan bersamamu.
Kini kita hanya dapat bercanda tanpa saling tatap mata . . . .


NB:
Ar kini menjadi guru bantu di sekolah SD wilayah Serang,
If kini menjadi pedagang di salah satu pasar kecamatan di wilayah Serang,
An kini dirumah menunggu ada yang melamar,
Ad kini masih dengan pengbdiannya sebagai guru dan kepala sekolah.
Bt kini bekerja di salah satu perusahaan di Cikarang,
Il kini bekerja satu perusahaan dengan kelurganya,
Tp kini meneruskan perusahaan keluarganya,
C kini kuliah di luar pulau.
Dha kini bekerja di perusahaan milik keluarga.
Semoga panjang umur untuk kita semua agar kita dapat jumpa kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar