Rabu, 02 Desember 2009

skenario ini

Aku seorang mahasiswi pindahan dari luar pulau, aku tinggal bersama kakak dan abang ku.
Di kampus aku adalah mahasiswi yang sangat biasa - biasa saja, bahkan tak pernah di pandang sama sekali oleh orang - orang yang di idolakan. Aku maklumi dan aku terima itu, karena aku rasa itu tak penting. Lagi pula aku tak mengikuti masa orientasi mahasiswa, mungkin itu salah satu faktor yang membedakan kedekatan aku
dengan para senior dan orang - orang yang lebih di kenal saat ini.

Masa Orientasi memang sudah berlalu, tapi aku masih miliki kesempatan untuk mengenal teman - teman satu angkatanku dalam kegiatan Matrikulasi, walau dengan malu - malu dan rasa tidak percaya diri, aku mencoba untuk mampu menahan bahkan membunuh rasa itu.

Satu minggu kegiatan itu berlangsung, di tutup dengan kegiatan kepedulian Bakti Sosial. Aku harus milik djongko menjadi anggota salah satu divisi yang ada. Selama matrikulasi aku kenalan dengan Nona cantik yang memiliki
nama Roza, Roza yang mengajak aku gabung dengan divisinya. Dia memang teman yang baik hati . . .

Karena aku memang butuh tuk menjadi anggota divisi itu, aku harus hadir dan mengenalkan diri aku dengan
ketua dab anggota lainnya.


***

Kami berkumpul di depan ruang BEM, itu tempat favorit untuk merileks kan otot - otot lelah kami, setelah kegiatan.
Aku duduk berkumpul dengan anggota yang lainnya, menunggu ketua dan wakil ketuanya datang. Kabarnya, ketuanya itu
tegas dan baik hati.

Mungkin lima menit aku menunggu, tiba - tiba ada yang datang dari arah ruang tenang ke arah kami. Dua orang laki
- laki, yang satu kulitnya hitam tapi manis dan satunya miliki kulit kuning kemarah - merahan. Mereka berjalan tegap menuju
ke arah kami.

Ternyata dia itu ketua dan wakil ketua divisiku, dia memberi senyuman dan sedikit bertanya. Aku tatap wajahnya,
aku rasa dia tak asing untuk ku. Malu sekali rasanya, jika aku ketahuan memperhatikan dia.

Dalam waktu satu minggu itu, aku sudah merasa akrab denga teman - teman baruku. Dan tentunya divisi ku.
Aku dekat sekali dengan temanku ( wakil ketua divisiku), bahkan kami di issuekan pacaran.

Semua kegiatan selesai, tapi aku mulai mempermasalahkan tentang issue itu. Aku mulai berfikir untuk saling berjauhan
dengannya tapi dia tak menerima. Aku tetap kekeuh dengan inginku untuk saling berjauhan, sampai gara - gara masalah ini
kami sering bertengkar. Pada puncak acara kegiatan, aku masih tetap memegang keinginanku untuk menjauhi dia.

Aku memang butuh dia, tapi aku tak akan pernah mampu untuk dekatinya. Walau teman - temanku mempertanyakan
apa masalah yang dapat membuat kami seperti ini. Padahal, begitu banyak waktu yang aku dengannya habiskan, layaknya
pasangan berpacaran.

Setelah semuanya selesai, aku sibuk kuliah. begitupun teman - teman anggota yang lain. Di balik kesibukanku,
setiapa pagi aku selalu di sambut dengan acuhan temanku ( waktu itu hanya sebagai kenalan), dia selalu membuatku makan hati
pagi buta. Waktu memang tak pernah ada yang tahu, lama kelamaan aku dekat dengannya ( Bob ), setiap waktu yang aku miliki
saat di kampus, dia hampis selalu ada di sampingku. Selalu siap pinjamkan bahunya untukku, dan selalu siap menjadi pelampiasan
tiap amarahku.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai nyaman dengan apa yang aku miliki, aku tak pernah untuk mencari seseorang yang harus
aku miliki. Karena aku nyaman dengan semuanya . . .

Dua minggu sebelum UTS, ada teman lain yang mulai dekat denganku ( D ). Dia beri tahu aku jika ada senior, semester lima
yang mengirimkan salam padaku. Aku benar - benar tak menyangka, di balik cueknya aku dan tak pedulinya aku pada sekitar,
sempai - sampai ada yang memperhatikanku pun aku tak tahu. Dia sampaikan salam dari ( CH ), tapi aku masih berfikir jika ini hanya
candaan yang sudah biasa aku dapatkan.

Jauh sebelum mengenal CH, aku memang perasakan rasa suka pada CN. Yang aku tahu jika itu harus cukup dengan kata suka
sebagai teman dan tak boleh lebih. Aku masih asik dengan rasa penasaranku, dan akhirnya . . . penasaranku hilang di waktu aku sedang
menikmati makan siangku di kantin. Ada segerombolan senior, wajahnya memang sedikt seram tapi ada yang kucu dan imut. D panggil
DH, aku terkejut dan benar - benar tak percaya jika dia ada.

Aku ingin tahu banyak tentang DH, aku mulai tanya No Hpnya dan ternyata itu kesalahan terbesar. DH marah karena tiba - tiba aku
sms dia tanpa beritahu siapa aku. Seperti pengumuman di tengah lapangan, DH tanya no yang kirim sms padanya siapa. Karena aku tak
pernah mampu menahan rasa ingin tertawa, akhirnya dia tahu jika yang mengiriminya sms itu aku. Malu dan tak tahu harus apa . . .

***

Hari itu aku memang pilang lebih awal, seperti biasa aku dan D duduk di Lobi. D di datangi pacarnya dan seperti biasa aku harus menjadi
obat nyamuk . . . Tak lama duduk di tempat tadi. Tadinya kami akan pergi tapi CN dan temannya UD datang. D pinjam sesuatu pada CN, itulah
yang membuat aku tak nyaman. Aku sangat tidak suka jika berlama - lama di depan CN.

Marasa bosan tidak ada kegiatan, aku, D dan pacarnya aku ajak main keluat untuk mencari udara segar. Di tempat kami duduk, ternyata
CN dan UD datang. Mereka ikut kumpul dengan kami. Kami bercanda, tertawa. Yang tak biasa saat ini adalah, cara pandang CN padaku.
Aku sangat tidak suka dengan caranya memandangku.




bersambung . . . .






jangan lupa ikuti kelanjutannya yaaaaaaaaaa . . . . !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar